PERAN COACH DI SEKOLAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BERDISFERENSIASI DAN PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSI
Dalam usaha mewujudkan merdeka belajar dan memaksimalkan potensi yang dimiliki anak sejak lahir, serta mengembangkan potensi yang sesuai dengan kodrat zaman, seorang guru harusnya memiliki jiwa yang besar dalam menuntun kodrat-kodrat tersebut. Menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan dalam setiap pembelajaran, tentu harus dipersiapkan oleh seorang guru dengan baik. Pembelajaran berdisferensiasi itulah yang dapat mengakomodasi semua keberagaman yang dimiliki anak.
Pembelajaran disferensiasi adalah salah satu pembelajaran yang haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Oleh karenanya guru perlu memetakan kondisi peserta didik yang ingin diajar, seperti kesiapan belajar, minat murid, dan profil belajar murid. Sementara hakikat pembelajaran berdiferensiasi meliputi diferensiasi konten, proses dan produk.
Selain itu, guru hendaknya juga harus menguasai pembelajaran sosial emosi. Pembelajaran sosial dan emosi adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah.Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa disekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran PSE ini menjadi penting untuk diterapkan dalam komunitas sekolah karena bertujuan untuk kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan membangun relasi serta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Sementara itu, peran coach diantara semua pembelajaran yang sudah diupayakan didalam kelas bahkan di luar kelas adalah untuk menuntun anak menjalani hidup dan mencapai kebahagian setinggi-tingginya di dalam masyarakat. Seorang guru bukan hanya berperan sebagai mentor maupun konselor. Namun, lebih berperan sebagai coach. Dimana peran coach bukan sebagai pemberi solusi, namun lebih bertindak sebagai rekan yang membimbing seseorang (coachee) untuk menemukan jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi. Oleh karenanya dalam melakukan proses coaching, coach akan menggali semua potensi yang dimiliki oleh coachee sendiri dan memberikan pilihan untuk memilih sendiri jalan keluar atau aksi yang sudah disampaikan sebelumnya. Dalam proses coaching terdapat konsep model Tirta yang meliputi, (T) tujuan, (I) identifikasi masalah, (R) rencana aksi dan (Ta) tanggung jawab.
KESIMPULAN
Dalam menjalankan peran guru sebagai coach, guru dapat membantu murid dalam menyelesaikan semua masalah yang dihadapinya. Baik masalah dalam proses pembelajaran maupun masalah yang terjadi di kelas dengan teman-temanya. Semakin banyaknya masalah yang diselesaikan oleh murid, maka semakin mendewasakan mereka dalam berfikir dan bertindak ke depannya. Murid akan merasa lebih percaya diri karena penyelesaian masalah itu datang dari dirinya sendiri. Oleh karenanya, murid biasa terlatih dan dituntun untuk menyelesaikan masalah dengan penuh tanggung jawab. Sehingga akhirnya mereka siap untuk kembali ke masayarakat sebagai pribadi yang siap menerima tantangan, berpikir secara kritis serta siap menghadapi globalisasi.