Ki Hajar Dewantara atau yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat adalah bapak pendidikan Indonesia. Sebagai pelopor pendidikan di Indonesia, KHD kala itu mendirikan lembaga pendidikan yang diperuntukkan kepada kaum pribumi, agar masyarakat golongan kelas ke bawah dapat merasakan pendidikan. Dalam menjalankan sekolah tersebut atau Taman Siswa, KHD menjunjung tinggi semboyan atau filosofi Pratap Triloka yang berbunyi, Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Yang artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun kemauan dan dibelakang memberi motivasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka seorang pemimpin pembelajaran harusnya dapat mengambil keputusan dengan bersandar pada semboyan itu. Seorang pemimpin pembelajaran bukan hanya berstatus sebagai guru yang menstransfer ilmu pengetahuan semata. Namun, seyogyanya dapat mendidik berdasarkan kodrat, memberi teladan, memotivasi dan mendukung murid untuk mencapai kebahagiaan hidup setinggi-tingginya dalam masyarakat. Dalam mengambil keputusan dilema etika, juga harus didasarkan pada empat paradigma, tiga prinsip pengambilan keputusan serta sembilan konsep pengambilan dan pengujian keputusan.
Dalam diri seseorang, sejatinya memang sudah tertanam nilai-nilai dasar sebagai manusia yang ketika dihadapkan pada suatu masalah pastilah dapat memutuskan langkah yang akan diambil. Terlepas dari benar atau salahnya keputusan tersebut. Oleh karena itu, mempelajari modul pengambilan keputusan tentu sangat bermanfaat bagi diri kita sendiri sebagai pemimpin pembelajaran. Agar nilai-nilai dasar yang sudah ada dalam diri tadi, dapat berjalan seimbang sesuai dengan prinsip-prinsip terkini.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam sembilan konsep pengambilan dan pengujian keputusan adalah ketika kita masih saja merasa belum dapat menentukan satu keputusan yang akan diambil, atau kita masih saja bimbang dan perlu meninjau ulang keputusan itu. Maka sebaiknya kita dapat memanfaatkan pengalaman dan pembelajaran yang sudah kita lalui pada modul 2 sesi coaching. Pada sesi coaching tersebut kita dapat membantu rekan-rekan sejawat atau kita sendiri dengan menggunakan teknik Tirta. Karena pada saat sesi coaching, seorang coach berfungsi untuk membantu orang yang sedang di-coaching saat itu untuk mengetahui potensi yang ada pada diri coaching sendiri. Bukan bertindak sebagai pemberi solusi atau sebagainya.
Proses pembelajaran yang terus menerus terjadi selama mengeyam bangku sekolah hingga beberapa waktu, tentu saja kadang dapat membuat anak atau murid, bahkan guru merasa penat. Sehingga perlu bagi guru untuk mempelajari dan memahami pembelajaran sosial emosional. Karena PSE tidak hanya bermanfaat untuk guru sendiri, namun juga bermanfaat saat mengelola kelas ketika penat melanda. Ada beberapa teknik yang dapat dimanfaatkan dalam penerapan PSE seperti teknik STOP. Begitu juga PSE ini dapat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Jika emosional terjaga dengan baik tentu saja proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan bijaksana tanpa melibatkan emosi di dalamnya.
Ketika kasus dilema etika atau bujukan moral terjadi di dalam lingkungan sekolah. Sudah seyogianya pendidik bisa menentukan kasus tersebut termasuk bujukan moral ataukah dilema etika. Dalam kasus bujukan moral, maka kasus yang terjadi adalah benar lawan benar, sedangkan bujukan moral kasus yang terjadi adalah benar lawan salah. Maka sebelum mengambil keputusan, perlu ditinjau terlebih dahulu kasus tersebut. Jika kasus tersebut adalah dilema etika, guru dapat mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal yang sudah disampaikan di atas.
Lingkungan sekolah yang positif, kondusif, aman dan nyaman perlu dijaga, agar proses pembelajaran yang hendak dicapai didalamnya dapat terpenuhi. Tentu saja perlu kerja keras dan kerja sama dari semua pendidik maupun tenaga kependidikan sebagai rekan kerja kepala satuan pendidikan, dalam hal ini adalah kepala sekolah. Perlunya semua pihak menjaga kestabilan sosial dan emosional serta menerapkan sesi-sesi coaching yang baik antar sesama rekan kerja.
Nah, untuk mencapai hal-hal tersebut memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak kesulitan dan tantangan yang akan ditemui di lingkungan sekolah tentunya. Apalagi perubahan paradigma yang terjadi saat ini sangat besar. Banyak sekali perbedaan di dunia pendidikan masa kini dengan masa lalu. Mulai dari pergeseran nilai-nilai sikap atau moral murid hingga pergeseran cara mendapatkan ilmu pengetahuan sekarang yang semakin mudah, karena teknologi saat ini semakin canggih. Dalam segi mendapatkan pengetahuan zaman sekarang memang tidak perlu diragukan lagi. Namun ibarat kata, semakin anak bergumul dengan teknologi, maka pengaruh-pengaruh buruk sangat sulit untuk difilter. Banyak anak yang kecanduan dengan teknologi sehingga mengabaikan hal-hal baik yang seharusnya itu didapatkan di dunia nyata.
Merdeka belajar yang kini digaung-gaungkan memang banyak memberi pengaruh baik. Merdeka belajar yang dimaksudkan di sini adalah kemerdekaan bagi pendidik dan murid dalam melakukan proses pembelajaran terbaik dengan memperhatikan kodrat anak. Melalui pengajaran yang memerdekakan murid-murid tentunya berpengaruh dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Karena pastinya sebelum mengambil keputusan, kita sudah sangat berpikir dan meninjau kembali semua keputusan yang berpihak kepada murid.
Seorang guru atau pemimpin pembelajaran memang punya beberapa dilema. Sebagai contoh, saat rapat kenaikan kelas. Dari sekian anak pastilah ada beberapa yang mempunyai masalah. Seperti murid yang harus tinggal kelas karena tidak memenuhi KKM. Oleh karenanya, apabila sedikit saja keliru dalam mengambil keputusan. Pastilah akan mempengaruhi masa depan murid. Bisa saja, murid tersebut malu dan tidak mau lagi sekolah. Sehingga secara tidak langsung kita sudah menjadi penghalang untuk si anak tersebut dalam menggapai masa depannya.
Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran perlu sekali dipelajari dan dipahami oleh semua pihak, terutama seorang pendidik. Agar lingkungan sekolah dapat terjaga dengan kondusif sehingga berdampak pada sosial emosional semua warga sekolah termasuk murid di dalamnya. Dengan begitu bukan tidak mungkin, sekolah akan dapat menyelenggarakan pendidikan yang merdeka belajar sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim saat ini. Serta berdampak pada perubahan sikap maupun pola pikir yang bermuara pada profil pelajar pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.